Hijab dengan Akses Telinga (1)

Bismillah. Ini postingan curhat pertama saya setelah sekian lama vakum ngeblog. Rasanya sudah banyaaakkkk sekali waktu terlewati. Qadarullah, saat ini saya mencoba mentelateni pekerjaan baru, pekerjaan jauh di luar pendidikan yang saya peroleh di bangku sekolah, apalagi kuliah 😀

Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Sudah tidak terhitung berapa lembar hijab dengan akses telinga yang dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala saya hasilkan dengan tangan sendiri. Keinginan membantu teman muslimah para pekerja medis, membesit keinginan saya merintis usaha ini dengan modal nekat. Ya, nekat belajar dari NOL ilmu jahit-menjahit.

Sama sekali tak pernah menyangka bisa menghasilkan produk dengan tangan sendiri. Boro-boro menghasilkan, mulai mengunakan mesin-mesin koleksi ibu saja tak ada hasrat (ibu kolektor mesin jahit, hihi). Hingga suatu hari saat ada pelanggan memesan produk kami (hasil karya ibu dan saya), mau tidak mau saya harus bisa menjalankan sendiri. Saat itu stok produk habis, padahal orderan pelanggan terus berlanjut dan ibu sedang berada di luar kota.

2015-01-04 14.37.32

rejeki dari 95000

Tidak ingin mengecewakan pelanggan, awal tahun 2015 saya mulai bekutat dengan mesin jahit. Mesin yang saya pakai pertama kali mesin jahit biasa, mesin pertama ibu di tahun 90-an, dengan harga second 95.000. Sudah tak terhitung berapa jarum patah, bengkok, kain nyangkut, lubang, dan alat mesin lain yang lepas berantah karena hasil otodidak saya kala itu.

Alhamdulillah Allah subhanahu wa ta’ala mengairkan rejeki lewat mesin-mesin ini. Tak terhitung sudah berapa puluh lusin benang yang dihabiskan mesin tersebut. Beratus benang, berkilo kain dan rejeki yang ALHAMDULILLAH..

Pertengahan tahun 2015 kami hijrah ke Kota Semarang, ahamdulillah masih diberi kekuatan untuk mengasuh toko online walau memulai kembali dari O. Perjuangan membangun kembali toko online dimulai dengan memasang koneksi internet yang mendukung, survey toko kain, mencari jejak agen ekspedisi langgaan terdekat dan tentunya merapikan kembali 6 mesin jahit kami dari Yogyakarta ke Semarang.

Sekedar info mesin tersebut sebelumnya ada di Sorowako (Sulawesi Selatan), lalu pindah ke Makassar (setelah orang tua pensiun), dibawa dan beberapa beranak pinak di Semarang (semasa saya kuliah di Semarang), lalu hijrah ke Makassar lagi (setelah saya lulus kuliah), lalu di kirim ke Yogyakarta (kala saya memutuskan mengelola workshop sendiri), hingga akhirnya saat ini mesin tersebut hijrah kembali ke Semarang. Qodarullah wa maa-syaa-a fa’ala (Allah telah mentakdirkan segalanya dan apa yang dikehendaki-Nya pasti dilakukan-Nya).

Akhir 2015, Allah memudahkan urusan saya menghasilkan produk sendiri, produk yang telah lama bersemayam di kepala saya semenjak menjual hijab sambil melirik lembar ijazah profesi. Tanpa campur tangan dan bantuan orang lain, selain suami yang kadang-kadang support (hihihi), terlahir produk-produk inovasi baru, HIJAB dengan AKSES TELINGA. Terinspirasi dari jualan pertama saya, DASTER dengan akses menyusui —–

12383165_517043741836129_340912665_n

hijab dengan akses telinga


Semarang, Jumat 7 Rajab 1437 Hijriah